Selasa, 16 Maret 2021

Makalah Patofisiologi Segitiga Epidemiologi dalam Penyakit

 

Makalah Patofisiologi

Segitiga Epidemiologi dalam Penyakit

 

 


 

 

 





 

 

 

 

 


Penyusun:

Angelia Travana Susanto

NIM: 134531200112

 

 

 

 

 

Program Studi DIII Analis Kesehatan

Politeknik Unggulan Kalimantan

Banjarmasin

2021





KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Segitiga Epidemiologi dalam Penyakit” ini tepat pada waktunya.

 

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Patofisiologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang penyakit menular bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ners. Husin, S.Kep., MPH, selaku dosen mata kuliah Patofisiologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

 

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

 

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

 

Banjarmasin, 16 Maret 2021

 

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

 

1.1Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kedokteran mendorong para tenaga ahli selalu mengadakan riset terhadap berbagai penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit menular demi mengatasi kejadian penderitaan dan kematian akibat penyakit. Pengertian Epidemiologi menurut asal kata, jika ditinjau dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu Epi yang berarti pada atau tentang, Demos yang berarti penduduk dan kata terakhir adalah Logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk. Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan distribusi (penyebaran) serta determinan masalah kesehatan pada sekelompok orang atau masyarakat serta determinasinya (faktor-faktor yang mempengaruhinya).

Penyakit menular timbul akibat dari beroperasinya berbagai faktor baik dari agen, induk semang atau lingkungan. Bentuk ini tergambar di dalam istilah yang dikenal luas dewasa ini. Yaitu penyebab majemuk (multiple causation of disease) sebagai lawan dari penyebab tunggal (single causation). Di dalam usaha para ahli untuk mengumpulkan pengetahuan mengenai timbulnya penyakit, mereka telah melakukan eksperimen terkendali untuk menguji sampai dimana penyakit itu bisa dicegah sehingga dapat meningkat taraf hidup penderita.

 

1.2Rumusan Masalah

1.2.1      Apa yang dimaksud dengan segitiga epidemiologi?

1.2.2      Apa saja faktor terjadinya penyakit menular?

1.2.3      Bagaimana proses terjadinya penyakit?

1.2.4      Bagaimana interaksi segitiga epidemiologi?

 

1.3Tujuan

1.3.1      Mendeskripsikan pengertian segitiga epidemiologi

1.3.2      Mendeskripsikan faktor terjadinya penyakit menular.

1.3.3      Menjelaskan proses terjadinya penyakit

1.3.4      Menjelaskan interaksi segitiga epidemiologi.

BAB II PEMBAHASAN

 

2.1 Pengertian Segitiga Epidemiologi

Segitiga epidemiologi (trias epidemiologi) merupakan konsep dasar dalam epidemiologi yang menggambarkan hubungan antara tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan. Hubungan ketiga faktor tersebut digambarkan secara sederhana sebagai timbangan, yaitu agen penyebab penyakit pada satu sisi dan pejamu pada sisi yang lain dengan lingkungan sebagai penumpunya (Widoyono, 2011). 

Model tradisional epidemiologi atau segitiga epidemiologi yang dikemukakan oleh John Gordon dan La Richt (1950) yang menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama host (pejamu), agent (agen), dan environment (lingkungan). Gordon berpendapat bahwa : 

a.      Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan manusia (host). 

b.     Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent dan host (baik individu/kelompok). 

c.      Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan (lingkungan sosial, fisik, ekonomi, dan biologis). 





 

2.2 Faktor Penyakit Menular

1.     Host (Penjamu)

Pejamu (host) adalah semua faktor yang terdapat pada manusia yang dapat memengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit (Rajab, 2009). Hal yang perlu diketahui tentang pejamu meliputi karakteristik gizi atau daya tahan, pertahanan tubuh, higiene pribadi, gejala dan tanda penyakit, dan pengobatan. 

2.     Agent (Agen)

Bibit penyakit (agent) adalah suatu subtansi tertentu yang keberadannnya atau ketidakberadannya diikuti kontak efektif pada manusia dapat menimbulkan penyakit atau memengaruhi perjalanan suatu penyakit (Rajab, 2009). gen penyebab penyakit terdiri dari bahan kimia, mekanik, stres (psikologis), atau biologis. Penyakit menular biasanya disebabkan oleh agen biologis seperti infeksi bakteri, virus, parasit, atau jamur. 

3.     Evironment (Lingkungan)

Environment (lingkungan) adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia yang memengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia(Rajab, 2009). Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik. 

Lingkungan fisik terdiri dari: 

a.      Keadaan Geografis 

Keadaan geografis, seperti ketinggian, persawahan,dll mempengaruhi penularan penyakit. Pada dataran tinggi memiliki kadar oksigen yang rendah dan temperatur suhu yang lebih tinggi daripada di dataran rendah. Lingkungan persawahan juga bisa dihubungkan dengan penyakit yang ditularkan oleh cacing, parasit, dan nyamuk.

b.     Kelembaban Udara 

Sebagian besar vektor penular penyakit dan agen penyebab penyakit lebih menyukai lingkungan yang lembab.

c.      Temperatur

Di negara tropis, temperatur yang lebih rendah lebih disukai oleh vektor dan agen penyebab penyakit dibandingkan temperatur tinggi.  Pada temperatur 40-50°C atau 10-20°C, mikroba  mengalami pertumbuhan yang lambat karena pertumbuhan optimal mikroba terjadi pada temperatur 20-40°C. Pada temperatur di bawah 0°C tidak ada pertumbuhan mikroba. Sebagian besar bakteri mati pada temperatur 80-90° kecuali bakteri berspora yang akan mati pada temperatur 100°C.

d.     Lingkungan Tempat Tinggal

Sanitasi lingkungan perumahan sangat berkaitan dengan penularan penyakit. Salah satunya kebersihan perairan baik air minum maupun perpipaan. Semua sumber tersebut harus memenuhi syarat kesehatan air minum, yaitu kadar E. Coli nol atau negatif. Sumur gali misalnya, harus berjarak minimal 10m dari septic tank.

Lingkungan nonfisik meliputi sosial (Pendidikan dan pekerjaan), budaya (adat, kebiasaan turun-menurun), ekonomi (kebijakan mikro dan kebijakan lokal), dan politik (suksesi kepemimpinan yang mempengaruhi kebijakan pencegahan dan penanggulangan suatu penyakit).

 

2.3 Proses Terjadinya Penyakit

Timbulnya penyakit terjadi akibat ketidak seimbangan ketiga faktor tersebut. Hubungan ketiga faktor ini dapat menjelaskan kondisi yang dialami oleh manusia meliputi:

1)     Interaksi pertama dikatakan berada pada equilibrium (keseimbangan antara, Host, Agent, dan Environtment), individu dalam kondisi ini dapat disebut sehat.

2)     Agen memperoleh Kemudahan Menimbulkan Penyakit. Interaksi ini dapat dikatakan bahwa agen mendapat kemudahan untuk menimbulkan penyakit pada host. Contohnya ada mutasi virus influenza sehingga muncul jenis yang baru seperti flu burung (H5N1) atau Flu Babi (H1N1) dimana masyarakat belum memiliki kekebalan tubuh untuk melawan virus tersebut. Agen memberatkan keseimbangan sehingga batang pengungkit miring kearah agen.

3)     Host Peka Terhadap Agent pada kondisi ini interaksi ketiga host lebih peka terhadap agent. Host memberatkan keseimbangan sehingga pengungkit miring ke arah host. Contoh apabila disuatu daerah yang penduduk berusia balita besar, maka sebagian besar populasi rentan terkena penyakit.

4)     Terjadi Pergeseran Lingkungan yang Menyebabkan Agen Mendapat Kemudahan Menimbulkan Penyakit Interaksi. ini terjadi pergeseran lingkungan, sehingga memudahkan agen memasuki tubuh host dan menimbulkan penyakit. Contohnya ketika banjir air kotor mengandung kuman (Agen) yang kontak dengan Masyarakat (Host), sehingga agen lebih mudah menimbulkan penyakit.

5)     Terjadinya Pergeseran Lingkungan yang menyebabkan host peka terhadap penyakit. Interaksi ini terjadi karena adanya pergeseran kuliatas lingkungan sehingga host memberatkan keseimbangan.(host peka terhadap agent). Contoh terjadi pencemaran udara dengan SO2 yang menyebabkan saluran udara paru menyempit (agar tidak banyak racun), namun mengkibatkan sehingga paru-paru kekurangan oksigen sehingga host jadi lemah dan timbul kelainan paru. 

 

2.4 Interaksi Segitiga Epidemiologi

Menurut Sumampouw (2015), ada 5 interaksi antara penjamu, bibit penyakit dan lingkungan:

Dalam model ini penjamu dalam keadaan sehat karena timbangan dalam keadaan seimbang hasil dari interaksi bibit penyakit, penjamu dan lingkungan.



Dalam model ini sudah terjadi ketidakseimbangan dimana bibit penyakit menjadi lebih berat, dimana bibit penyakit mendapat kemudahan menyebabkan penyakit sehingga penjamu menjadi sakit. Salah satu contoh keadaan ini yaitu terjadinya mutasi bibit penyakit
 

Dalam model ini sudah terjadi ketidakseimbangan dimana penjamu menjadi lebih berat, dimana penjamu menjadi lebih peka terhadap penyakit sehingga penjamu menjadi sakit. Contoh keadaan ini yaitu banyaknya populasi balita dimana balita masih peka terhadap penyakit sehingga populasi tersebut rentan terhadap bibit penyakit. 



Dalam model ini sudah terjadi ketidakseimbangan dimana terjadi pergeseran lingkungan yang memudahkan bibit penyakit masuk ke penjamu sehingga penjamu menjadi sakit. Contoh keadaan ini yaitu terjadinya perubahan iklim global yang menyebabkan mutasi gen dari bibit penyakit dan populasi masyarakat peka terhadap penyakit. Selain itu, terjadinya banjir menyebabkan penyakit akibat banjir seperti penyakit kulit dan leptosiprosis mudah terkena pada populasi. 



Dalam model ini sudah terjadi ketidakseimbangan dimana penjamu menjadi sangat peka terhadap bibit penyakit sehingga penjamu menjadi sakit. Salah satu contoh keadaan ini yaitu adanya pencemaran udara yang menyebabkan gangguan pada tubuh seperti kurangnya oksigen, penyempitan saluran udara ke paru-paru karena sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan jantung lemah dan pada akhirnya gagal jantung.

 


 

BAB III PENUTUP

 

3.1   Kesimpulan

3.1.1      Segitiga epidemiologi (trias epidemiologi) adalah konsep dasar yang menggambarkan hubungan antara tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan.

3.1.2      Faktor terjadinya penyakit menular diantaranya, Host, Agent, dan Environment.

3.1.3      Proses terjadinya penyakit diawali dengan kondisi host agent dan environment yang seimbang atau disebut sehat, kemudian agen memperoleh kemudahan menimbulkan penyakit, host peka terhadap agent, terjadi pergeseran lingkungan yang menyebabkan agen mendapat kemudahan menimbulkan penyakit, terjadinya pergeseran lingkungan yang menyebabkan host peka terhadap penyakit.

3.1.4      Terdapat 5 model interaksi segitiga epidemiologi menurut Sumampouw.

3.2   Saran

Demikian makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila terdapat kesalahan mohon dimaafkan dan dimaklumi, karena kami adalah umat manusia yang tak luput dari kesalahan.


2 komentar:

  1. Gambar nya kalo bisa diberi penomoran.
    Biar bisa dimasukan ke daftar isi / daftar gambar.

    BalasHapus